Perkembangan Debus

Perkembangan Debus

Atraksi yang sangat berbahaya yang biasa kita kenal dengan sebutan Debus, Konon kesenian bela diri debus berasal dari daerah al Madad. Semakin lama seni bela diri ini makin berkembang dan tumbuh besar disemua kalangan masyarakat banten sebagai seni hiburan untuk masyarakat.
Inti pertunjukan masih sangat kental gerakan silat atau beladiri dan penggunaan senjata. Kesenian debus banten ini banyak menggunakan dan memfokuskan di kekebalan seseorang pemain terhadap serangan benda tajam, dan semacam senjata tajam ini disebut dengan debus
Pertunjukan kemampuan orang menahan siksaan jasmani seperti dipukuli dengan rotan, bergulingan diatas hamparan tumbuhan berduri tajam, berjalan di atas bara, mengunyah kaca dan lain-lain. Masih banyak kita jumpai sebagai seni tradisional yang umum di kampung- kampung. Yang satu ini, yakni permainan debus sungguh mengerikan. Permainan ini terdapat di berbagai daerah seperti Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Barat dan Banten. Dari semua itu yang paling terkenal debus dari daerah Banten.
Kesenian ini tumbuh dan berkembang sejak ratusan tahun yang lalu, bersamaan dengan berkembangnya agama islam di Banten. Pada awalnya kesenian ini mempunyai fungsi sebagai penyebaran agama, namun pada masa penjajahan belanda dan pada saat pemerintahan Sultan Agung Tirtayasa. Seni beladiri ini digunakan untuk membangkitkan semangat pejuang dan rakyat banten melawan penjajahan yang dilakukan belanda. Karena pada saat itu kekuatan sangat tidak berimbang, belanda yang mempunyai senjata yang sangat lengkap dan canggih. Terus mendesak pejuang dan rakyat banten, satu satunya senjata yang mereka punya tidak lain adalah warisan leluhur yaitu seni beladiri debus
Debus sangat mungkin berasal dari kata Arab dablus, yang berarti sejenis senjata penusuk berupa besi runcing. Debus sebagai kata benda yang dimaksud disini juga berupa alat tusuk dari besi panjang antara 50 – 60 cm yang ujungnya runcing, sedangkan pada pangkal¬nya diberi tangkai kayu yang sangat besar. Tangkai itu bentuknya silinder (garis tengahnya ± 20 cm), dihias dengan rantai besi dan berfungsi sebagai tempat pemukul. Alat pemukulnya dari kayu yang disebut gada.
Ditinjau dari bentuk permainannya, debus dapat digolongkan salah satu pertunjukan (upacara) syaman, tetapi ditilik dari isi dan pelaksanaannya bertahan erat dengan keagamaan (Islam). Tidak mustahil memang telah terjadi perpaduan diantara berbagai unsur budaya tersebut. Ini mungkin juga merupakan jalan untuk menja¬wab pertanyaan sejak kapan permainan debus ada di Indonesia. Bila jalan ini benar maka unsur-unsur permainan debus sudah ada sejak masa prasejarah, sedangkan bentuk seperti kita dapati sekarang ini berasal dari masa awal perkembangan Islam di Indonesia.
Yang menonjol dalam permainan ini adalah pertunjukan kekebalan orang terhadap berbagai senjata tajam. Permainannya merupa¬kan permainan kelompok. Di kerajaan Banten dahulu, yang terkenal sebagai penyebar luas agama dan budaya Islam, pertunjukan kekebalan yang sangat digemari dan dibanggakan oleh masyarakat Banten ini dimanfaatkan sebagai sarana untuk penyiaran agama Islam, seperti halnya dilakukan oleh para Wah. Pada masa perlawanan terhadap penjajahan Belanda kesenian ini digiatkan sebagai penegak disiplin dan memupuk keberanian rakyat.
setiap atraksi debus, para pemainnya menampilkan sesuatu yang tak terjangkau logika manusia. Bahkan, sebagian orang indonesia masih menilai debus sebagai ilmu yang dipraktekkan dengan menggugunakan perantara makhluk gaib.
Bagaimana tidak, para pemain debus yang merupakan manusia biasa mampu menebas leher, menyayat tangan dan perut tanpa terluka sedikitpun. Ada pula yang bisa menguliti kulit kelapa yang keras hanya dengan menggunakan gigi, sangat luar biasa.
Atraksi lain yang sering ditampilkan ialah memanjat tangga yang pada pijakannya diganti menggunakan pedang tajam, menginjak beling hingga memakan pecahannya. Aneh, para pendekar itu tak kelihatan berdarah, apalagi menjerit kesakitan. Atraksi debus biasanya dipentaskan dengan iringan musik-musik tradisional. Dari mulai mengiris-iris tangan pakai golok, mengupas kelapa pakai gigi, makan kaca dan beling, hingga berjalan di atas api, semuanya dilakukan bergantian.
Pemain debus pun bukan hanya dari kalangan laki-laki saja, wanita pun bisa. Asalkan kuncinya berserah diri pada Allah, dan berpedoman pada Al Quran niscaya akan mendapat perlindungan. Meski sarat akan nuansa mistis, namun sejatinya debus adalah bentuk kebudayaan dari Banten yang wajib dilestarikan


Sumber
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/debus-banten-seni-tradisional-yang-mengagumkan-sekaligus-juga-mengerikan/
https://www.google.com/amp/s/merahputih.com/post/amp/debus-seni-pertunjukan-khas-banten-yang-mengagumkan
https://m.detik.com/travel/domestic-destination/d-3289104/ngeri-ngeri-sedap-melihat-atraksi-debus-khas-banten
https://www.instagram.com/p/BzlD4k2BreJ/?igshid=1u6048nwo7i82
http://ronaangela.blogspot.com/2011/03/indonesia-kaya-akan-budaya_13.html?m=1

0 Response to "Perkembangan Debus"

Posting Komentar