Waktu dulu pada saat saya masih kecil sering sekali menyaksikan atraksi debus ini apabila ada tetangga atau saudara saya yang sedang hajatan khitanan yang suka memanggil Grup Debus atau yang (disebut di deerah saya nanggap debus). Hampir disekitar rumah saya setiap ada orang yang hajatan hiburan pada siang hari adalah nanggap debus. Terkadang, pada siang harinya debus dan pada malam harinya Organ Tunggal atau Dangdut. Hingga hari ini tradisi nanggap organ tunggal belum tergantikan oleh tradisi atau seni lainnya, masih eksis dan bahkan masih menjadi pilihan utama jika ada acara. Seiring dengan perubahan dan perkembangan jaman itulah, lambat laun debus semakin tersingkirkan oleh tradisi-tradisi baru itu. Kini, saya sendiri tidak pernah sekalipun bisa melihat seni budaya debus dalam suatu acara hajatan, Namun sanggar budaya debus itu sendiri tidak pernah mati, karena masih tetap dipelihara secara dengan baik dan juga debus bisa kapanpun dibanggil untuk pentas, walaupun sekarang debus sudah jarang dipakai di hajatan atau acara pernikahan debus juga masih bisa tampil dalam perlombaan karena debus juga sudah banyak perlombaann bahkan perlombaannya bukan dalam daerah saja akan tetapi luar kotapun sudah banyak.
Lalu siapa sih, pemain debus itu? Pada zaman dahulu, pemain debus itu kebanyakan orang yang lebih tua yang masih dekat dengan kesaktian yang bisa disebut permainan debus. Permainan debus ini banyak dilakukan oleh para lelaki, yang dianggap sudah memiliki kesaktian yang cukup. Jadi tidak semua lelaki dapat melakukan permainan debus, karena bagi yang tidak mampu justru akan mendatangkan kecelakaan. Akan tetapi pada saat ini anak anak juga sudah bisa melakukan debus itu karena menurut narasumber saya semua orang itu bisa akan tetapi itu kembali kedirinya dia sendiri yang akan melakukan karena melakukan itu kuncinya yakin dan percaya.
Namun pada prakteknya sekarang pertunjukan debus dilakukan oleh pemain campuran. Yang Artinya, pertunjukan debus dilakukan oleh senior (yang lebih tua atau lebih berpengalaman) dan anak-anak atau remaja secara bergantian. tampaknya hal ini merupakan tujuan proses regenerasi. Sebab dari sepengamatan saya sendiri penampilan debus pada zaman dahulu saat saya kecil dan sekarang itu berbeda karena dahulu pemain debus hanya orang tua saja namun sekarang saya bisa melihat sendiri bahwa anak-anakpun bisa melakukan kesenian debus itu sendiri walupun masih didampingi oleh seniornya. Karena kalau tidak di dampingi Oleh orang yang lebih tau dan mengerti di Salam Hal debis itu bisa sajah terjadi kecelakaan Karena kalau susah terjadi kecelakaan pada saat pentas semua orang yang menonton Akan panik dan tidak Bisa menikmati Kesenian itu.
Namun yang Saya ketahui Ada Salah Satu sanggar di cirebon yang diditikan untuk anak- Anak Anak kecil dan orang dewasa yang ingin berlatihan di sanggar itu tidak Sama sekali diminta pungutan biaya Karena menurut yang mendirikan sanggar tidak apa” Jika tidak dibayar Karena lebih penting Jika Kesenian Kesenian Indonesia itu maju dan semua generasi mengetahui yang namanya Kesenian.
Yang di inginkan pemilik sanggar hanya ingin mengembangkan nilai nilai Kesenian dan jangan sampai punah Kesenian di Indonesia Karena pada Zaman Sekarang adalah jalannya Anak gadjat atau yang Bisa dibilang Anak yang selalu bermain handphone sampai sampai mereka tidak tau satupun Kesenian yang Ada di indonesia yang mereka Tahu hanya main handphone, YouTube dan lain. Seharusnya orangtuanya itu memberitahu secada perlahan kepada Anak nya tentang pengetahuan Kesenian Mau itu Kesenian tradisional Maupin modern.
0 Response to "DEBUS SALAH SATU KESENIAN TRADISIONAL CIREBON"
Posting Komentar