Debus
mulai dikenal pada masyarakat Banten sebagai salah satu cara penyebaran agama
Islam. Dikutip dari berbagai sumber, Debus terdiri dari beberapa versi. Versi
kedua Debus berasal dari daerah Timur Tengah bernama Al-Madad pada abad
13M dan diperkenalkan ke daerah Banten ini sebagai salah satu cara penyebaran
Islam pada waktu itu.
Versi
ketiga Debus berasal dari ajaran tarekat Rifa’iyah Nuruddin Ar-Raniry ke Aceh
dan masuk ke Banten pada Abad 16M oleh para pengawal Cut Nyak Dien (1848—1908
M) yang diasingkan pemerintah Belanda ke Sumedang. Salah seorang pengawal yang
menguasai Debus memperkenalkan serta mengajarkannya pada masyarakat Banten.
Benang
merah dari ketiga versi tersebut adalah kesenian Debus sebagai metode
penyebaran agama Islam di wilayan Banten pada masa tersebut. Debus dalam bahasa Arab berarti tongkat besi dengan ujung runcing
berhulu bundar. Bagi sebagian masyarakat awam kesenian Debus memang terbilang
sangat ektrim. Pada masa sekarang Debus sebagai seni beladiri banyak
dipertontonkan untuk acara kebudayaan, upacara adat ataupun hiburan.
Dewasa
ini kesenian Debus merupakan kombinasi antara seni tari, suara serta seni
kebatinan dengan nuansa magis. Karena merupakan alat penyebaran agama Islam
pada zaman dulu maka kesenian ini dimulai dengan lantunan sholawat dan
puji-pujian kepada Nabi Muhammad Saw. Debus merupakan kesenian
bela diri yang mempertunjukan kemampuan manusia yang luar biasa. Misalnya kebal
senjata tajam, kebal air keras dan lain- lain.
Kesenian
ini berawal pada abad ke-16, pada masa pemerintahan Sultan Maulana
Hasanuddin (1532-1570). Pada zaman Sultan Ageng Tirtayasa (1651—1692)
Debus menjadi sebuah alat untuk memompa semangat juang rakyat banten melawan
penjajah Belanda pada masa itu.
Kesenian
Debus yang sering dipertontonkan diantaranya:
Ø Menusuk
perut dengan tombak atau senjata tajam lainnya tanpa terluka
Ø Mengiris
bagian anggota tubuh dengan pisau atau golok
Ø Memakan
api
Ø Menusukkan
jarum kawat ke lidah, kulit pipi atau anggota tubuh lainnya hingga tebus tanpa
mengeluarkan darah
Ø Menyiram
tubuh dengan air keras hingga pakaian yang dikenakan hancur lumat namun kulit
tetap utuh
Ø Menggoreng
telur di atas kepala
Ø Membakar
tubuh dengan api
Ø Menaiki
atau menduduki susunan golok tajam
Ø Bergulingan
di atas serpihan kaca atau beling
Debus
dalam bahasa Arab berarti tongkat besi dengan ujung runcing berhulu
bundar. Bagi sebagian masyarakat awam kesenian Debus memang terbilang sangat
ekstrim. Pada masa sekarang Debus sebagai seni beladiri yang banyak
dipertontonkan untuk acara kebudayaan ataupun upacara adat.
Debus
lebih dikenal sebagai kesenian asli masyarakat Banten, yang mungkin berkembang
sejak abad ke-18. Menurut sebagian banyak sumber sejarah, kesenian debus Banten bermula
pada abad 16 masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin (1532-1570).
Debus
mulai dikenal pada masyarakat Banten sebagai salah satu cara penyebaran
agama Islam. Namun ada juga yang menyebutkan Debus berasal dari daerah Timur
Tengah bernama Al-Madad yang diperkenalkan ke daerah Banten ini sebagai salah
satu cara penyebaran Islam pada waktu itu. Yang lainnya menyebutkan bahwa debus
berasal dari tarekat Rifa’iyah Nuruddin al-Raniri yang masuk ke Banten
oleh para pengawal Cut Nyak Dien (1848—1908).
Tokoh
Debus modern saat ini adalah Tubagus Barce Banten atau Abah Barce, kabarnya
beliau selalu menjadi penasihat spritual kalangan elit politik dan dapat
menyembuhkan berbagai macam penyakit yang tidak dapat disembuhkan dunia
kedokteran. Beliau juga sangat berperan memperkenalkan kesenian Debus hingga ke
manca negara seperti ke Australia, Jepang, Amerika Serikat, Jerman, Malaysia,
Belanda dan Spanyol.
Menurut
pria yang mendapat gelar doktor kehormatan dari Unicersitas Amsterdam Belanda
pada tahun 1985 ini Debus tidak ada kaitannya sama sekali dengan ilmu sihir
atau magis karena hal itu merupakan perbuatan Syirik (menyekutukan Allah) dan
beliau menegaskan bahwa Debus digunakan pada zaman dahulu untuk melawan
kolonial Belanda.
Terlepas
dari itu semua kesenian Debus memang sangat berpotensi untuk mengangkat
industri pariwisata Banten dimata nasional dan dunia. Atraksi kesenian ini
menjadi daya tarik tersendiri bagi para turis dan wisatawan lokal.
0 Response to "Asal-Usul dan Sejarah Tradisi Debus"
Posting Komentar